Senin, 31 Januari 2011

80 Tahun Namamu Masih Ada


Saya sangat simpatik pada sang penyair legendaries Khalil Gibran, walaupun saya pribadi belum sama sekali membaca apa lagi menghayati karya-karyanya yang sangat popular. Ketertarikan saya pada sosok Khalil Gibran adalah beliau multi talenta dari seorang penyair juga menjadi seorang pelukis terkenal di masanya, bahkan hingga saat ini, namanya, karyanya dan perjalanan hidupnya masih dikenang oleh masyarakat duni, pepatah mengatakan “Gajah mati meninggalkan gadingnya, manusia mati meninggalkan namanya”.  
                Tepat 10 April 2011, Khalil Gibran genap haul yang ke-80 tahun. Momentum bersejarah ini, diperingati oleh kalangan Budayawan, Sastrawan, Seniman bahkan masyarakat dunia yang sudah menikmati karya-karyanya. Saya pribadi pengen sekali membaca karya-karyanya, yang baru saya lakukan hanyalah mengunjungi Gramedia Cirebon dan hanya sempat membaca sejarahnya saja belum pada isi tulisannya.
                Jika kita amati sejarah para ilmuan besar, rata-rata mereka hidupnya tidak semewah yang kita bayangkan, mereka harus melawan berbagai arus masalah yang menimpa kehidupan, seperti Khalil Gibran, beliau lahir di Basyari-Lebanon, Basyari sendiri adalah daerah yang kerap disinggahi badai, gempa serta petir. Selain itu, keluarga beliau juga satu persatu meninggalkannya, mulai dari Ibu kandungnya yang meninggal dunia karena penyakit TBC, Kakaknya yang menjadi tumpuan hidupnya, Kamilah juga terkena tumor ganas dan adiknya Mariana yang selalu dihantui penyakit dan kemiskinan keluarganya. Dari sinilah Khalil Gibran menjadi Penyair terkenal setelah terbiasa menangkap fenomena-fenomena alam di sekitarnya, sehingga dituangkan dalam bentuk tulisan.
                Kita patut apresiasi kegigihan dan kerja keras beliau, sehingga melahirkan banyak penyair-penyair besar di abad modern ini. Sampai kapan pun ilmu tidak akan pernah habis, malah akan terus bertambah dan bertambah sesuai dengan zamannya.
                Dan saya ucapkan terima kasih banyak kepada Group PARTAI PENULIS PUISI yang tidak henti-hentinya mengshare gagasannya untuk menulis dan terus menulis, terutama saya pribadi termotivasi untuk terus belajar menulis.  

Senin, 24 Januari 2011

Yang Mendalam

Jtw, 25 Jan 2011

Merasa teduh, sunyi, sepi
Ketika serpihan hati tak lagi bertaburan di udara
cinta semakin tak ku mengerti
datang dengan indahnya
pergi tak membawa seserpih hati sedikit pun

ku belai jiwaku yang terbujur kaku
menanti ke mana aku pergi
ke mana aku harus mencari
ke mana aku mengadu

Ya Rab, jika ini terbaik untukku dan dirinya
Jadikan sebuah mimpi besar untuk merenggut kembali cinta suciku

Sabtu, 15 Januari 2011

Sepak Bola Menurut Kaum Sarungan

                Walaupun pada akhirnya Negri Jiran lah yang mendapat juara AFF Suzuki Cup dipenghujung tahun 2009 lalu, namun Timnas Indonesia saat ini membuat bangga masyarakat Indonesia terutama mengharumkan nama Bangsa. Selain para pemain, juga patut kita apresiasikan pada supporter kita yang solid mendukung Timanas dan tidak pernah membuat onar saat pertandingan berlangsun.

Demam Bola
                Pertandingan Piala AFF Suzuki Cup telah usai, bagaimana dengan masyarakat Indonesia saat ini? Biasanya setelah pertandingan selesai masyarakat Indonesia merasakan demam bola, sehingga ide ingin mengadakan pertandingan bermunculan, baik itu di kalang anak-anak maupun orang dewasa. Seperti santriwan Pon-Pes Al-Mizan, hampir setiap hari mereka bertanding sesama temannya, tanpa kenal lelah dan tidak mengharapkan apa pun, selain mencari kesenangan semata. “selain mencari kesenangan kita juga bisa sehat jasmani dan rohani” uajar Wahyu salah satu pemain yang sudah lincah gocekannya saat di Tanya, “ya selain sehat juga kita sudah hobi dari kecil” sambung Asep Mulyana pemain yang paling dihandalkan di kelompoknya dan ditakuti lawannya, saat menggocek-gocek bola juga sebagai gelandang terhebat. Pria kelahiran Leuwilaja-Rajagaluh ini sudah hobi bermain bola sejak duduk di bangku SD.
                Saya berasumsi bahwa mereka bisa seperti itu karena terbiasa, seolah-olah sepak bola seperti kebutuhan primer dalam   memenuhi kesenangan individu. Esensi dari permainan sepak bola sendiri adalah tumbuhnya rasa percaya diri, kebersamaan, kesetaraan dan kerjasama yang paling ditonjolkan oleh mereka. Karena mereka tidak akan bisa bermain sendirian tanpa bantuan yang lainnya, sepak bola juga merupakan cermin kehidupan sosial yang tidak akan pernah lepas dari saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.
                Belajar terus, tunjukkan prestasimu kelak. Indonesia masih sangat membutuhkan generasi muda yang sehat jasmani serta memiliki talenta yang luar biasa, “Syubbanu al-Yaum, Rijal al-Godh” pemuda hari ini adalah generasi masa depan.

Menulis Butuh Kerja Keras

Sulit sekali untuk mulai belajar menulis, dibutuhkan waktu yang sangat panjang, focus, serta menunggu ketiban imajinasi yang unik yang akan mengantar kita untuk bisa mulai sejak pemula hingga professional. Hampir setiap penulis mengalami hal demikian, pasalnya menulis bukan karena keturunan atau bakat turunan, akan tetapi, menulis adalah sebuah kebiasaan yang harus terus dicoba sampai tetes darah penghabisan.
                Melihat para penulis yang sudah berhasil, memicu saya untuk menjadi seorang penulis seperti: Kang Abik, Andrea Hirata, dan masih banyak lagi penulis-penulis yang mumpuni. Selain mendapat pengalam imajinasi yang sangat luas penulis juga mendapat property yang sangat besar dari hasil menulis, sehingga mencukupi kehidupannya bahkan lebih dari itu.
                Luar biasa bukan, jika kita melihat para penulis sukses saat ini, kapan kita akan memulainya? Sekarang… ya sekarang saatnya kita menuangkan ide-ide unik kita dalam sebuah tulisan, minimal tulisan kita dikonsumsi oleh diri kita sendiri, kerabat dekat dan orang-orang di sekitar kita.
                    “Berakit-rakit Kehulu Berenang-renang ke Tepian”, begitulah petuah Bung Roma dalam lagunya, ya semua orang bisa karena terbiasa, semua orang bahagia setelah mengalami kesakitan. Tidak mudah memang, kalau kita mengigninkan kesuksesan ada di depan mata kita. Sebelum kita merasakan, bagaimana pahitnya perjuangan untuk mencapai puncak kesuksesan tersebut, salah bukan berarti kita tidak bisa, tapi kesalahan merupakan sebuah proses untuk bisa. Mulailah dari hal yang sangat kecil, jangan sepelekan ide cemerlangmu, suatu saat orang akan mencarinya.
                Mari kita renungi sejenak, apa yang sudah kita dapatkan sejak lahir sampai hari ini?, sudahkah kita memanfaatkan peluang yang ada di sekitar kita?, terpenuhikah kebutuhan kita sehari-hari?, bagaimana nasib kita hari ini?, pertanyaan yang sangat dangkal ini memicu kita untuk terus berusaha dan terus berusaha. Mari menulis, Sampai jumpa di lain artikel yang saya upload lusa.